KONDISI KEGAWATDARURATAN MASA NIFAS
(INFEKSI PARAMETRITIS)
Pengertian Parametritis
Parametritis
adalah infeksi yang terjadi pada parametrium (jaringan ikat yang berdekatan dengan rahim). Parametrium adalah
jaringan renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan ini memanjang
sampai ke sisi-sisi serviks dan ke pertengahan lapisan-lapisan ligamen besar.
Parametritis adalah radang dari jaringan
longgar di dalam ligamentum. Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi
jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan. Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke
parametrium memalui 3 cara yaitu:
a.
Penyebaran melalui limfe dari
luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis
b.
Penyebaran langsung dari luka
serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum
c.
Penenyebaran sekunder dari
tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal
terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua
jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral
di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka dan mencapai uterus
Radang paling banyak berlokasi di
parametrium bagian lateral akan tetapi bisa juga ke depan dan ke belakang,
radang bisa juga menjadi abses. Apabila terjadi abses, dan proses berkembang terus, maka
abses akan mencari jalan keluar yaitu di atas ligamentum pouparty, ke
daerah ginjal, melalui foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan
sebagianya. Parametritis dapat juga menahun dan di tempat radang terjadi
fibrosis.
Kalau terjadi infeksi parametrium,
maka timbulah pembengkakan yang mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras
sekali. Infiltrasi ini dapat terjadi hanya pada dasar lig. Latum tetapi dapat
juga bersifat luas misalnya dapat menempati seluruh parametrium sampai ke
dinding panggul dan dinding perut depan di atas lig. Inguinale.
Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat
menimbulkan pembengkakan di belakang serviks. Eksudat ini lambat laun direasorpsi atau
menjadi abses. Abses dapat memecah di daerah lipat paha di atas lig. Inguinale
atau ke dalam cavum douglas. Parametritis
biasanya unilateral dan karena biasanya
akibat luka servik, lebih sering terjadi pada pada primipara dari pada
multipara. (UNPAD, 1981)
2.
Etiologi
Penyebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi partus. Ada 3 hal yang
menjadi penyebab parametritis yaitu :
a.
Endometritis dengan 3
cara yaitu
1)
Percontinuitatum : endometritis → metritis → parametitis
2)
Lymphogen
3)
Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
b.
Dari robekan serviks
c.
Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
3.
Macam-macam Parametritis
a.
Parametritis Akut
Apabila
kuman-kuman dengan jalan limfe atau darah melewati batas uterus dan sampai ke
jaringan ikat di parametrium, maka terjadilah parametritis akut. Infeksi paling
sering disebabkan oleh steptokus dan stafilokokus. Jarang oleh ekoli dan
kuman-kuman lain. Kejadian ini muncul karena infeksi puerpural atau post
abortum, akan tetapi ditemukan pula sebagai akibat tindakan intra uterine dan
sebagainya.
Radang
berlokasi paling banyak diparametrium bagian lateral (parametritis lateralis)
akan tetapi bisa kedepan (parametritis anterior) dan kebelakang (parametritis
posterior) dan radang, juga bisa menjadi abses. Apabila terjadi abses, dan
proses berkembang terus, maka abses akan mencari jalan keluar diatas ligamentum
pauparti, ke daerah ginjal. Melalui foramen abturatorium ke paha bagian dalam
dan sebagainya. Parametritis dapat pula menahun dan di tempat radang terjadi
fibrosis.
b.
Parametritis Menahun
Merupakan
parametritis yang di derita oleh pasien sudah lama. Disebabkan karena, tanda
dan gejala, tidak dirasakan oleh pasien. Sehingga infeksi meradang di tempat
yang terinfeksi dan terjadi fibrosis pada parametrium.
Gambaran
klinik menunjukkan bahwa penderita demam, menderita sakit perut dibagian bawah
dan di sebelah kanan atau kiri, dan di sebelah uterus terdapat odeman dan
hiperemi, dan dibawah kulit dan jaringan subkutan dapat diraba bagian dari
tumor yang akan ke luar serta kondisi untuk bedah kebidanan untuk protop harus
dipatuhi.
4.
Patofisiologi
menyebar ke miometrium →
Miometritis → Infeksi meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis.
Terjadi reaksi :
a.
Kalor
b.
Dolor
c.
Nyeri hebat
d.
Nafsu makan berkurang
e.
Asam lambung meningkat
f.
Reaksi mual
g.
Vasodilatasi
h.
Syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas
5.
Tanda dan gejala
a. Suhu badan meningkat 38o C
– 40o C (oral) dan menggigil
b. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
c. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
d. Nyeri atau nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen
e. Nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina
f. Terjadi lebih dari hari ke 7
postpartum.
g. Lokhia yang purulen dan berbau.
h. TFU :
Involusi
|
Tinggi fundus uterus
|
Berat uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
100 gram
|
Uri lahir
|
Dua jari dibawah pusat
|
750 gram
|
Satu minggu
|
Pertengahan pusat –
symphisis
|
500 gram
|
Dua minggu
|
Tak teraba diatas
symphisis
|
350 gram
|
Enam minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
Delapan minggu
|
Sebesar noral
|
30 gram
|
6.
Penatalaksanaan
a.
Pencegahan
1) Selama kehamilan
Oleh
karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan
untuk memperbaikinya yaitu dengan
minum tablet Fe. Keadaan gizi juga merupakan factor
penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.Coitus pada
hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan
terjadinya infeksi.
2) Selama persalinan
Usaha-usaha
pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan
lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan
dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua
petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker,
alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan
dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah
sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
3) Selama nifas
Sesudah
partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama
postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari
luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama
dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
b.
Pengobatan
Antibiotika
memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena
pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai
tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika
antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam
dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan
lain-lain.
Disamping
pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan
badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang
mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok
dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan.
Jika
keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan
penderita dinasehatkan agar jangan melakukan pekerjaan yang berat- berat.
Dengan terapi ini biar pun sisa- sisa peradangan masih ada, keluahan- keluhan
penderita sering kali hilang atau sangat berkurang. Pada sellulitis
pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi
abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya
nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar
tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan
pembukaan tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan
ke jaringan tubuh yang lain.Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insici. Tempat
insici ialah di atas lipat paha atau pada cavum douglas.
c.
Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin
ditambah gentamisin dan metronidazol. Jika perlu, berikan obat pereda nyeri
seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam. Jika ibu tidak membaik
dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.